Kamis, 31 Januari 2013

BANGUNAN TAHAN GEMPA

BANGUNAN TAHAN GEMPA

PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang rawan gempa, karena di dasar samudera negara kita ini terdapat tiga lempeng, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, yang bila bertumbukan akan menghasilkan gempa tektonik.
Secara alamiah, fenomena alam tersebut tidak bisa dihindari. Sebab lempeng-lempeng yang ada di negara kita itu merupakan bagian dari kerak bumi yang bergerak aktif. Pergerakan itu dipicu antara lain oleh air laut dan samudera.
Lempeng-lempeng bumi ini sebenarnya adalah bagian dari kerak bumi yang terdiri atas berbagai jenis bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah berupa getaran yang disebut gempa. Gempa terjadi karena ada perpindahan massa dalam lapisan batuan bumi. Kekuatan suatu
gempa bergantung pada jumlah energi yang terlepas, saat terjadi pergeseran dan tumbukan.
PENGERTIAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
Membangun bangunan yang dapat menahan beban gempa adalah tidak ekonomis. Oleh karena itu prioritas utama dalam membangun bangunan tahan gempa adalah terciptanya suatu bangunan yang dapat mencegah terjadinya korban, serta memperkecil kerugian harta benda. Dari hal tersebut pengertian bangunan tahan gempa adalah:
Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun pada komponen strukturalnya.
Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya (plafond runtuh, dinding retak) akan tetapi komponen struktural (kolom, balok, sloof) tidak boleh rusak.
Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar.
KONSEP DASAR BANGUNAN TAHAN GEMPA
Bangunan yang didesain tahan gempa pada prinsipnya harus menjamin keamanan dan kenyamanan pengguna bangunan. Untuk menghasilkan bangunan yang berkualitas harus didukung oleh penggunaan material yang bermutu dan tenaga kerja yang terampil. Hasil akhir yang diharapkan dari bangunan tahan gempa ini adalah tercapainya kinerja bangunan, yaitu:
  1. Bangunan tidak mengalami kerusakan pada elemen struktural maupun non-struktural saat terjadi gempa ringan.
  2. Pada saat terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan yang dapat diperbaiki pada elemen non-struktural, sedangkan elemen struktural tidak boleh mengalami kerusakan.
  3. Pada saat terjadi gempa kuat, bangunan boleh mengalami kerusakan pada elemen struktural dan non-struktural, tetapi bangunan tidak boleh runtuh.
Adapun elemen struktural tersebut berupa : kolom, balok, kuda- kuda, sambungan, dan elemen non struktural berupa: dinding bata biasa, atap, jendela, pintu, ventilasi, dll.
Untuk memenuhi kinerja bangunan yang diharapkan, maka harus dipenuhi persyaratan bangunan tahan gempa sebagai berikut:
  • Bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil.
  • Denah bangunan rumah sebaiknya sederhana dan simetris.
  • Kualitas material dan campuran beton serta spesi/mortar harus memadai.
  • Sloof diangkur ke pondasi.
  • Adanya balok ring yang diikat kaku dengan kolom.
  • Setiap luasan dinding 10 m2 harus dipasang kolom praktis.
  • Dinding pasangan bata/batako dipasang angkur setiap jarak vertikal 30 cm yang dijangkarkan ke kolom.
  • Seluruh kerangka bangunan harus terikat secara kokoh dan kaku.
  • Rangka kuda-kuda, pada titik sambungan kayu diberi baut dan plat pengikat.
  • Usahakan atap terbuat dari material yang ringan
  • Pelaksanaan konstruksi harus baik.
ELEMEN BANGUNAN TAHAN GEMPA
Pada dasarnya bangunan tahan gempa terdiri atas beberapa elemen penting yang membentuk suatu kesatuan. Elemen-elemen penting yang bekerja sama membentuk suatu kesatuan untuk memikul beban gempa tersebut adalah:
  • Elemen tegak (vertikal), berfungsi menyalurkan berat bangunan ke pondasi dan menahan beban luar. Contoh: kolom, dinding, dan pengaku/ bresing.
  • Elemen datar (horisontal), berfungsi mengikat elemen tegak dan menyalurkan beban ke elemen tegak. Contoh: balok dan diafragma (lantai dan atap).
  • Sistem pondasi, berfungsi mengikat dinding dan menyalurkan berat bangunan ke tanah dasar.
  • Sambungan, berfungsi mengikat elemen bangunan menjadi satu kesatuan. Contoh: sambungan balok kolom, angkur, sambungan paku, dll.
sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/penelitian-dan-evaluasi-sistem-transfortasi/

0 komentar:

Posting Komentar